Laba-laba kulit pohon Darwin (Caerostris darwini) adalah penenun benang terkuat di dunia, 10 kali lipat lebih kuat daripada kevlar, material untuk membuat rompi antipeluru. Laba-laba besar itu biasa membuat jaring raksasa yang terentang di antara sungai, bahkan danau.
Selama ini, benang sutra laba-laba telah dikenal sebagai biomaterial terkuat, yang dapat menyerap energi dalam jumlah besar sebelum putus. Kini para ilmuwan menemukan bahwa spesies laba-laba yang memiliki sutra terkuat adalah laba-laba kulit pohon Darwin. Benang sutranya dua kali lebih kuat daripada spesies lain, dan lebih dari 10 kali lipat dibanding kevlar.
Ahli biologi evolusioner, Ingi Agnarsson, direktur museum zoologi di University of Puerto Rico, dan timnya menemukan laba-laba itu di Taman Nasional Ranomafana, Madagaskar, pada 2001. "Reaksi kami ketika itu hanya, 'Wow!'" ujarnya.
Jaring laba-laba berbentuk seperti roda itu dapat terentang mencapai diameter 2,8 meter, dan tergantung di atas sungai dan danau kecil hingga 25 meter. "Sulit untuk menggapai jaring itu ketika jala tersebut berada di atas badan sungai," kata Agnarsson. "Terkadang kami tak memiliki perahu di lapangan karena perahu bukanlah benda yang normal ada dalam daftar perlengkapan untuk penelitian laba-laba."
Dengan jala raksasa itu, laba-laba yang memiliki tubuh bak kulit kayu itu menangkap serangga, lebah, dan capung yang terbang melintas di atas air. Tak ada bukti bahwa jaring itu dapat menangkap mangsa yang lebih besar, burung atau seekor kelelawar. "Laba-laba mungkin hanya menangkap mangsa sebesar itu sekali atau dua kali seumur hidupnya, sebuah peristiwa langka yang hanya bisa diamati jika kita benar-benar beruntung," kata Todd Blackledge, ahli biologi evolusioner di University of Akron di Ohio.
Penemuan ini membuka potensi aplikasi teknologi baru untuk sutra laba-laba terutama sutra C. darwini yang sangat istimewa. "Kombinasi material ringan dan performa tinggi," kata Blackledge.
LIVESCIENCE | TJANDRA
Selama ini, benang sutra laba-laba telah dikenal sebagai biomaterial terkuat, yang dapat menyerap energi dalam jumlah besar sebelum putus. Kini para ilmuwan menemukan bahwa spesies laba-laba yang memiliki sutra terkuat adalah laba-laba kulit pohon Darwin. Benang sutranya dua kali lebih kuat daripada spesies lain, dan lebih dari 10 kali lipat dibanding kevlar.
Ahli biologi evolusioner, Ingi Agnarsson, direktur museum zoologi di University of Puerto Rico, dan timnya menemukan laba-laba itu di Taman Nasional Ranomafana, Madagaskar, pada 2001. "Reaksi kami ketika itu hanya, 'Wow!'" ujarnya.
Jaring laba-laba berbentuk seperti roda itu dapat terentang mencapai diameter 2,8 meter, dan tergantung di atas sungai dan danau kecil hingga 25 meter. "Sulit untuk menggapai jaring itu ketika jala tersebut berada di atas badan sungai," kata Agnarsson. "Terkadang kami tak memiliki perahu di lapangan karena perahu bukanlah benda yang normal ada dalam daftar perlengkapan untuk penelitian laba-laba."
Dengan jala raksasa itu, laba-laba yang memiliki tubuh bak kulit kayu itu menangkap serangga, lebah, dan capung yang terbang melintas di atas air. Tak ada bukti bahwa jaring itu dapat menangkap mangsa yang lebih besar, burung atau seekor kelelawar. "Laba-laba mungkin hanya menangkap mangsa sebesar itu sekali atau dua kali seumur hidupnya, sebuah peristiwa langka yang hanya bisa diamati jika kita benar-benar beruntung," kata Todd Blackledge, ahli biologi evolusioner di University of Akron di Ohio.
Penemuan ini membuka potensi aplikasi teknologi baru untuk sutra laba-laba terutama sutra C. darwini yang sangat istimewa. "Kombinasi material ringan dan performa tinggi," kata Blackledge.
LIVESCIENCE | TJANDRA
No comments:
Post a Comment