Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI Letnan Jenderal Purnawirawan Agum Gumelar mengatakan, untuk memberantas aksi teror, pemerintah harus menemukan dan membongkar jejaring terorisme. Caranya, adalah dengan memperkuat intelijen.
"Untuk menghadapi musuh seperti ini (teroris), kami menghimbau agar intelejen harus ditingkatkan. Dan data intelijen sudah cukup dijadikan dasar untuk menghadapinya," kata Agum usai acara tabur bunga oleh Pepabri di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Selasa (28/9).
Agum menilai, fungsi intelijen vital dalam hal pencegahan aksi terorisme, dan pembongkaran jejaring teror. "Karena teror ini adalah kegiatan yang berada di tempat gelap. Kita berada di tempat terang. Kita tidak tahu mereka, tapi mereka tahu kita," ujarnya.
Ia menolak, jika dikatakan intelijen selama ini masih lemah sehingga ada beberapa aksi teror yang luput dari pengamatan. "Saya tidak katakan lemah, tetapi perlu lebih ditingkatkan. Untuk menghadapi teror seperti ini, memang intelijen harus diperkuat."
Data intelijen diharapkan juga cukup dijadikan bekal untuk mencegah peredaran senjata api illegal, yang bisa digunakan teroris. "Diperlukan intelijen yang akurat, untuk mengetahui dari mana asal senjata itu. Seperti ketika melawan GAM, kita menemukan ada senjata dengan inisial RTA (Royal Thai Army) yang kita ketahui ternyata ada barter melalui jalur laut," kata Agum.
Pepabri sendiri mengaku prihatin dengan peristiwa penembakan tiga anggota Polri di Polsek Hamparan Perak, yang dicurigai terkait terorisme. Menurut Agum, peristiwa tersebut bukanlah tindak kriminal biasa, bukan sekadar konflik penyerangan antarsatuan.
"Ini sudah mengarah pada tindakan yang tidak bisa ditolerir. Maka Pepabri menganggap tindakan seperti ini adalah tindakan yang harus kita kutuk. Karena ini adalah bentuk perlawanan terhadap negara," kata Agum.
ISMA SAVITRI
"Untuk menghadapi musuh seperti ini (teroris), kami menghimbau agar intelejen harus ditingkatkan. Dan data intelijen sudah cukup dijadikan dasar untuk menghadapinya," kata Agum usai acara tabur bunga oleh Pepabri di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Selasa (28/9).
Agum menilai, fungsi intelijen vital dalam hal pencegahan aksi terorisme, dan pembongkaran jejaring teror. "Karena teror ini adalah kegiatan yang berada di tempat gelap. Kita berada di tempat terang. Kita tidak tahu mereka, tapi mereka tahu kita," ujarnya.
Ia menolak, jika dikatakan intelijen selama ini masih lemah sehingga ada beberapa aksi teror yang luput dari pengamatan. "Saya tidak katakan lemah, tetapi perlu lebih ditingkatkan. Untuk menghadapi teror seperti ini, memang intelijen harus diperkuat."
Data intelijen diharapkan juga cukup dijadikan bekal untuk mencegah peredaran senjata api illegal, yang bisa digunakan teroris. "Diperlukan intelijen yang akurat, untuk mengetahui dari mana asal senjata itu. Seperti ketika melawan GAM, kita menemukan ada senjata dengan inisial RTA (Royal Thai Army) yang kita ketahui ternyata ada barter melalui jalur laut," kata Agum.
Pepabri sendiri mengaku prihatin dengan peristiwa penembakan tiga anggota Polri di Polsek Hamparan Perak, yang dicurigai terkait terorisme. Menurut Agum, peristiwa tersebut bukanlah tindak kriminal biasa, bukan sekadar konflik penyerangan antarsatuan.
"Ini sudah mengarah pada tindakan yang tidak bisa ditolerir. Maka Pepabri menganggap tindakan seperti ini adalah tindakan yang harus kita kutuk. Karena ini adalah bentuk perlawanan terhadap negara," kata Agum.
ISMA SAVITRI
No comments:
Post a Comment