Asal Usul Api

http://berandasalafy.files.wordpress.com/2010/03/api.jpg
Dalam peradaban manusia, api sudah dikenal sejak lama. Menurut mitologi Persia, api muncul dalam perkelahian …. melawan seekor naga. Alkisah, sebongkah batu yang dilemparkan sang pahlawan ke arah monster itu meleset, lalu menghantam batu karang. Saat beradu itu mun­cul percikan api. Itulah saat pertama manusia mengenal api. Api juga dikenal lewat gejala alam. Misalnya, petir yang menyambar pohon, aktivitas gunung berapi, bahkan nyala api di permukaan bumi yang mengandung minyak bumi.
Dari pengenalan api, yang menghasilkan panas dan cahaya, muncul pemikiran untuk memanfaatkannya. Selain menghangatkan, api yang menyala terus-menerus ternyata mencegah binatang buas untuk mendekat dan menyerang mereka. Karena itu, api pun dibawa masuk ke da­lam rumah, sekaligus sebagai alat penerang.
Buktinya, di gua-gua daerah Choukoutien, Cina, ditemukan, sisa tungku, abu sisa perapian, arang serta tulang-tulang hangus yang diduga dipakai oleh manusia Peking, Homo erectus pada 500.000 SM. Mereka inilah ‘manusia’ per­tama pengguna api.
Awalnya, manusia tidak tahu cara membuat api. Untung suatu saat, ketika angin berembus kencang, me­reka melihat percikan api dari cabang pohon yang saling bergesek. Timbullah ide untuk menggosok dua batang kayu. Sayang, bunga api tak mudah muncul. Gambaran sulitnya mencari api tercermin di kalangan masyarakat Mesir kuno, Persia, dan Yunani. Di wilayah itu ada kebiasaan “menyimpan” api untuk umum, sehingga api itu tak boleh padam!
Tak heran bila sejak awal kehidupan manusia, sumber panas seperti matahari dan api sangat didewakan dan dianggap sebagai sumber kehidupan suci. Begitu pentingnya sampai orang menganggap api sebagai hadiah dari para dewa, bahkan dewa itu sendiri. Dalam mitologi India kuno dikenal Agni, artinya api – sebagai Dewa Api yang jadi sumber api matahari, petir, dan dapur. Para pengikut Zoroaster (628 – 551 SM), tokoh kepercayaan dari Persia, menjadikan api se­bagai pusat pemujaan dan sum­ber kekuatan sangat suci. Sedangkan kepercayaan kuno di Timur Tengah memuja dewa api Molokh yang meminta korban bayi. Suku Aztec di Mexico dan Inca di Peru memuja dewa-dewa api dalam bentuk api suci yang diperoleh dengan cara mengonsentrasikan sinar matahari de­ngan cermin cekung dari logam.
Seiring dengan meningkatnya peradaban, muncul berbagai metode membuat api. Selain dengan memutar batang kayu di antara dua telapak tangan; juga ada cara yang disebut fireplow, fire saw, atau mechanical fire drills, fire piston dll., yang intinya menumbukkan atau menggesekkan batu dan besi.
Namun baru tahun 1827, ahli kimia Inggris John Walker menemukan korek api, dengan ujung batang korek dilapisi bubur kaliumklorida antimonsulfida. Cara pakainya serupa dengan korek api sekarang.
Api sebenarnya panas dan cahaya yang muncul dari benda terbakar. Ada tiga syarat untuk terjadinya api, yaitu ada bahan bakar (padat, cair, atau gas), tindakan pemanasan sampai suhu bakar tertentu dan yang penting ada cukup oksigen. Ini dibukti kan tahun 1777 oleh Antoine Lavoi­sier, ahli kimia Prancis. Teorinya, “pembakaran” terjadi akibat gabungan cepat antara oksigen de­ngan zat lain. Pada peristiwa yang disebut combustion, atau pembakaran itu, timbul panas dan caha­ya yaitu api.
Tiap zat bisa berbeda sifat saat terbakar. Semisal, arang memang menghasilkan panas, tapi cahaya yang dikeluarkan lemah. Sebaliknya, batu bara, gas, magnesium, minyak, dan kayu, memberi pa­nas dan cahaya yang cukup kuat. Warna cahaya yang dihasilkan pun berbeda-beda, tergantung jenis yang dibakar dan tinggi suhu.
Penggunaan api pun terus berkembang. Dari cuma obor yang tidak tahan lama, meningkat berupa lilin yang mudah dibawa-bawa. Bahkan, Thomas Alfa Edison berhasil memanfaatkan api penghasil sinar pada lampu pijar. Saat ini, panas api pun mampu diubah menjadi tenaga gerak untuk menjalankan berbagai jenis mesin.
Namun, api bisa berubah mengerikan bila tidak terkendali. Kebakaran rumah atau hutan bisa terjadi hanya karena ada benda yang mudah terbakar. Api pun menelan banyak korban jiwa dan harta benda. Jadi, benarlah kata pepatah, jangan main-main de­ngan api!
Sumber: http://www.artikelpintar.com/2010/12/asal-usul-api.html

Artikel Terkait Asal Usul Api

No comments:

Post a Comment