Ketika Warga Jepang Pusing Jika Harus Membuang TV

http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Google-TV.jpgJEPANG adalah pelopor di bidang industri elektronik. TV, kulkas, radio, dan AC banyak ditemukan menghiasi rumah-rumah di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Bagi warga Jepang sendiri, setiap inovasi pada barang-barang elektronik itu selalu memunculkan masalah baru. Mereka tentu saja sanggup membeli TV layar datar baru untuk mengganti TV tabung yang jadul, tapi di mana menyimpan TV lama?
Di Tokyo, pemilih rumah hanya orang sangat kaya. Kebanyakan warga hidup di apartemen yang sempit. Setiap perabot baru menambah sempit ruangan yang memang sudah sempit. Jadi kalau harus membeli TV baru, TV lama harus disingkirkan.
Di Jepang, ini soal pelik. Setiap membuang sampah yang ukurannya lebih dari 30 sentimeter harus berurusan dengan pemerintah. Urusan membuang TV tidak gratis, harus bayar dan bayarannya pun sangat mahal.
Begitu mahalnya sehingga warga Jepang lebih senang memberikan TV itu kepada yang membutuhkan ketimbang membayar ongkos angkut sampah.
Pelajar Indonesia sering beruntung. Kata seorang pemandu wisata, mereka cukup menunggu duasampai tiga bulan, kebutuhan barang-barang elektronik bekas seperti TV, kulkas, AC, hingga microwave segera terpenuhi. Semua gratis, pemberian keluarga Jepang yang antre menunggu "penadah" barang-barang bekas mereka.(http://www.tribunnews.com/2011/12/02/ketika-warga-jepang-pusing-jika-harus-membuang-tv)

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment