Berjalan Sambil Tidur? Waspadai Kelainan Otak


Berjalan Sambil Tidur? Waspadai Kelainan Otak
Tidur berjalan yang dalam istilah medis disebut somnambulisme atau sleep walking adalah suatu kelainan/gangguan tidur yang biasanya terjadi pada anak-anak. "Bisa terjadi pada anak perempuan atau lelaki berkisar usia 6 sampai 10 tahun, tetapi tak tertutup kemungkinan terjadi pada anak balita," ujar Dra Hj Iesye Widodo-Bone, psikolog dari RSAB Harapan Kita, Jakarta. Kecuali itu, bisa juga dialami orang dewasa. "Dianggap normal bila terjadi hanya sesekali pada anak-anak," ujar Iesye. Tetapi, bila kejadiannya berulang, perlu dilakukan tindakan medis lebih serius. Sebab, menurut dr Irawan Mangunatmadja, SpA, gangguan tidur bisa mengindikasikan kemungkinan anak menderita epilepsi. Untuk menentukan apakah gangguan tidur murni atau epilepsi, para ahli saraf biasanya melakukan pemeriksaan electroencephalography (EEG). Sayangnya, tutur Irawan, di sini belum ada fasilitas EEG khusus untuk pemeriksaan gangguan tidur. "Karena, kan, jarang sekali terjadi pasien dengan keluhan somnambulisme. Sementara di luar negeri karena pasiennya banyak, sudah ada alat EEG khusus yang mempelajarinya." Stadium tidur Tapi, tentu saja kita tak boleh langsung pesimistis kendati alatnya belum ada, toh bisa dilihat dari gejala yang muncul pada anak saat mengalami gangguan tidur. Jadi bisa diperkirakan apakah pasien termasuk penderita epilepsi atau bukan. "Pertama, apakah gejalanya ada yang stereotipik atau ada sesuatu yang khas. Seperti tingkah laku atau gerakan tangan yang khas," jelas spesialis anak dari RSUPN Cipto Mangunkusumo ini. Pada anak yang menderita epilepsi, gangguan yang dialami anak waktunya tidak selalu malam hari. Selain itu, tampak gerakan tangan yang khas dan berulang serta pada setiap serangan kadang dapat disertai dengan gerakan berjalan. Sementara pada anak yang mengalami tidur berjalan murni biasanya kejadiannya teratur pada waktu malam jam 10 sampai 12 malam. Kalaupun terjadi lagi, pasti pada waktu yang sama. "Tidurnya pun benar-benar dalam keadaan lelap, yaitu masuk stadium dalam fase tidur si anak. Jadi tak jarang kalau ayah-ibunya ingin membangunkannya, pun kadang- kadang susah sekali," tutur Irawan. Selama tidur, terang Irawan, kita akan melewatistadium tidur. Pertama, awal tidur dari stadium satu sampai stadium empat tidur non-REM ( rapid eye movement). Kemudian, sepertiga malam; anak tidur lelap sekali. Berikutnya, stadium rapid eye movement sleep (REMS); anak gampang bangun karena mimpi-mimpi. "Umumnya gangguan tidur terjadi pada fase sepertiga malam ke atas." Nah, tidur berjalan tergolong pada gangguan tidur yang terjadi pada fase sepertiga malam. Penyebabnya, sampai saat ini tidak dapat diketahui pasti. "Ada pendapat merupakan gangguan fungsi tidur yang terdapat pada nucleussuprachiasmaticus, yaitu pusat pemacu tidur yang akan mengirim sinyal ke kelenjar pineal. Kemudian akan menghasilkan hormon melatonin yang memengaruhi tidur." Kendati belum pasti karena masih dalam penelitian, tidur berjalan merupakan peringatan adanya kelainan di otak atau karena fungsinya terganggu. Sementara menurut Iesye, tidur berjalan mungkin merupakan manifestasi keinginan yang terpendam saat anak terjaga sampai kemudian terbawa dalam mimpi. "Hal ini disebut juga sebagai acting-out dream, yaitu melakukan suatu tindakan tanpa disadari, yang terjadi pada saat dia terjaga, akhirnya terbawa dalam mimpi," terang Kepala Unit Rehabilitasi Medik RSAB Harapan Kita. Misalnya, ingin naik pohon, eh malamnya saat mengalami tidur berjalan ia naik pohon beneran. Yang jelas, tutur Irawan, yang berpraktik di Klinik Anakku Cinere ini, pada beberapa kasus ditemukan gangguan tidur bukan merupakan faktor bawaan dari lahir. "Justru faktor pemicunya berasal dari luar, seperti stres, migren, dan gangguan psiko-sosial atau gangguan tingkah laku." Namun, pada umumnya gangguan tidur memang bersifat familial. Maksudnya apabila seorang anak mengalami tidur berjalan, mungkin salah satu orangtuanya, om, atau tantenya mengalami hal sama pada masa kecilnya. Hal senada pun diungkapkan Iesye. "Catatan data medical literature di Amerika Serikat pernah terjadi seluruh keluarga mempunyai kebiasaan tidur berjalan, yaitu bapak-ibu, paman-bibi, dan anak-anak semuanya mempunyai kebiasaan sama." Jangan dibangunkan Yang jelas, jangan panik tatkala menghadapi anak yang mengalami tidur berjalan. Apalagi sampai berusaha keras membangunkannya. Sebab, saat tidur berjalan, ujar Irawan, anak akan mengalami agitasi (seperti kebingungan). "Karena pada waktu itu fungsi-fungsi otaknya bekerja kuat, padahal ia dalam keadaan tidur. Jadi bila orangtua membangunkannya dengan paksa, anak akan merasa bingung sekali. Bahkan bisa saja anak bersikap ingin menyerang atau ingin lari," terangnya. Memang, tidur berjalan bisa mengundang bahaya bagi si anak. Karena, saat berjalan ia berada dalam keadaan tidak sadar. Nah, mungkin saja ia kemudian naik tangga atau bahkan naik ke atas pohon. Bukan tidak mungkin, kan, kalau kemudian ia terjatuh. Atau dikhawatirkan ia malah memegang benda-benda tajam yang ada di dalam rumah. Untuk mengatasinya, sebaiknya orangtua atau siapa saja yang melihatnya berusaha menuntunnya kembali ke tempat tidur secara halus. Jangan justru menjadi cemas berlebihan. "Sehingga menimbulkan stres dan insecurity feeling atau perasaan tak aman pada anak yang bersangkutan," pesan Iesye. Lagi pula kecemasan orangtua tidaklah beralasan karena umumnya tidur berjalan tidak menetap sifatnya. "Lebih baik orangtua mengambil langkah-langkah preventif agar anak tersebut terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Entah itu terbentur ke dinding atau tembok." Kecuali bila kebiasaan ini tidak menghilang dan terus-menerus berulang. "Jadi, bila episode gangguan tersebut terjadi sangat sering, perlu tindakan tertentu." Dianjurkan segera meminta bantuan psikolog dan dokter. Mungkin psikolog akan mencoba menggali dan meredakan pemicu tidur berjalan, sementara dokter dapat memberikan resep obat yang dapat menekan kondisi atau fase tidur yang lelap dari anak yang bersangkutan. "Tentu saja diperlukan kerjasama dan tindakan lebih lanjut antara dokter dan psikolog atau psikiater anak sehingga bisa mempercepat penanganan." Apabila anak Anda mengalami tidur berjalan, sebaiknya lakukan beberapa langkah pengamanan seperti yang dituturkan Iesye berikut ini: * Pintu dan jendela harus selalu terkunci dan temani anak sewaktu tidur. * Benda-benda tajam, seperti gunting, pisau, ataupun alat-alat dari listrik sebaiknya disingkirkan dari kamar tidur anak yang bersangkutan. * Tidak dianjurkan untuk membangunkan anak yang mengalami gangguan tidur berjalan tersebut karena akan menimbulkan kebingungan dan rasa takut pada anak yang bersangkutan. * Anak yang sedang dalam keadaan berjalan dalam tidurnya diupayakan dan dibimbing untuk kembali ke tempat tidurnya. * Apabila anak terjaga dari tidurnya, mereka umumnya tidak dapat mengingat sedikit pun mengenaiepisode berjalan dalam keadaan tidur yang dialaminya. Tak ada salahnya orangtua menerangkannya secara tenang. Namun kalau si anak tidak ingat, tidak perlu dipaksakan harus ingat apa yang baru saja terjadi. Nanti dia malah tambah bingung.
sumber:Kompas.com

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment